Selasa, 08 Mei 2012

BALAS BUDI UNTUK IBU


Ketika usiamu 1 tahun, ia menyuapi dan memandikanmu. Kau membalasnya dengan menagis sepanjang malam.
Ketika usiamu 2 tahun, ia mengajarimu melangkahkan kaki. Kau membalasnya dengan lari menjauh kala ia memanggilmu.
Ketika usiamu 3 tahun, ia menyiapkan sarapanmu dengan segala cinta kasih. Kau membalasnya dengan membanting piring di lantai.
Ketika usiamu 4 tahun, ia memberimu seperangkat krayon, kau membalasnya dengan mencorat-coret dinding rumah.
Ketika usiamu 5 tahun, ia memberikan pakaian untuk pergi berlibur. Kau membalasnya dengan bermain-main di onggokan lumpur.
Ketika usiamu 6 tahun, ia mengantarmu ke sekolah. Kau membalasnya dengan berteriak, “AKU NGGAK MAU SEKOLAH!”.
Ketika usiamu 7 tahun, ia menghadiahimu bola sepak. Kau membalasnya dengan melemparkannya ke jendela tetangga sebelah.
Ketika usiamu 8 tahun, ia memberimu eskrim. Kau membalasnya dengan menciprat-cipratkannya ke sekujur badanmu.
Ketika usiamu 9 tahun, ia memanggilkan guru les piano. Kau membalasnya dengan bermalas-malasan untuk berlatih.
Ketika usiamu 10 tahun, ia mengantarmu sepanjang hari, dari main bola sampai senam, dari satu pesta ulang tahun ke pesta ulang tahun yang lain. Kau membalasnya dengan melompat dari mobil secepat kilat dan tanpa menengok lagi.
Ketika usiamu 11 tahun, ia membawamu dan teman-temanmu nonton film. Kau membalasnya dengan memintanya duduk di barisan lain.
Ketika usiamu 12 tahun, ia menegurmu untuk tidak menonton acara televisi tertentu. Kau membalasnya dengan menunggunya sampai bepergian.
Ketika usiamu 13 tahun, ia memintamu memotong rambut baru. Kau membalasnya dengan mengatakan bahwa ia tak punya selera.
Ketika usiamu 14 tahun, ia membayarkan ongkos untuk satu bulan berlibur. Kau membalasnya dengan tak sekalipun mengirimkan kabar.
Ketika usiamu 15 tahun, ia pulang bekerja dan mengharapkan pelukanmu. Kau membalasnya dengan mengunci kamar tidurmu.
Ketika usiamu 16 tahun, ia mengajarimu mengendarai mobil. Kau kmembalasnya dengan mencuri-curi tiap kesempatan.
Ketika usiamu 17 tahun, ia mengharapkan telepon penting. Kau membalasnya dengan menggunakan telepon sepanjang malam.
Ketika usiamu 18 tahun, ia menangis di hari kelulusan sekolahmu. Kau membalasnya dengan berpesta sampai pagi.
Ketika usiamu 19 tahun, ia membayar uang SPP perguuruan tinggimu, mengantarmu membawakan tas ke kampus. Kau membalasnya dengan mengucapkan selamat tinggal di pintu gernang asrama agar tidak merasa malu pada teman-teman.
Ketika usiamu 20 tahun, ia bertanya apakah kamu telah menaksir seseorang. Kau membalasnya dengan mengatakan “Itu bukan urusanmu.”
Ketika usiamu 21 tahun, ia mengusulkan satu pekerjaan untuk karir masa depanmu. Kau membalasnya dengan mengatakan “Aku tak ingin spertimu.”
Ketika usiamu 22 tahun, ia memelukmu di hari wisudamu, kau membalasnya dengan meminta ditraktir liburan ke eropa.
Ketika usiamu 23 tahun, ia menjumpai tunanganmu dan menanyakan rencana masa depanmu. Kau membalasnya dengan mengatakan “Uuuh.. Ibu!”
Ketika usiamu 24 tahun, ia menghadiahimu furnitur untuk apartemen pertamamu. Kau membalasnya dengan menyebut furnitur itu kepada teman-temanmu sebgai barang rongsokan.
Ketika usiamu 25, ia membatu membiayai pesta perkawinanmu, dan ia menangis haru, dan menegaskan betapa ia mencintaimu. Kau membalasnya dengan pindah kota menjauhinya.
Ketika usiamu 30 tahun, ia meneleponmu dan memberi nasihat tentang bayimu. Kau membalasnya dengan mengguruinya, “Semuanya kini sudah berbeda.”
Ketika usiamu 40 tahun, ia menelepon dan mengingatkan hari ulang tahun familimu.  Kau membalasnya dengan berkata “Aah.. betapa sibuknya aku sekarang.”
Ketika usiamu 50 tahun, ia sakit-sakitan dan membutuhkanmu untuk menjaganya. Kau membalasnya dengan membacakan kisah betapa merepotkannya orangtua bagi anak-anaknya.
Sampai, suatu hari ia pergi dengan tenang untuk selamanya. Dan segala hal yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya, bagia halilintar, datang menyambar jantungmu.   

- Mengasah Hati -
      Zaim Saidi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar