Minggu, 13 Mei 2012

BE 100%


The title seems like commercial advertisement right. I love watchin sport, observe, and comment about it. Too much lesson that I can get from sport. For now, I just watching football and racing but so many drama, lesson, and something that appropriate with my real life.
I’s so dissapointed for Manchester United this season, they have to be champions by 8 poins gap at first. But at the last match they failed. The best team gets the title and for this season is Manchester City. Ironically, United’s only separated 1 minutes from the title. But they failed at all.
When we do something in our life to win “the best” title, we have to 100 % give all thought, time, power, to get what we’ve planned. When we lose a minute of notice to our desire we can totally failed. Everybody maybe say that a minute isn’t important. I’ts totally wrong, look what happen with United and so many different cases. I remember United wins the champions title at champions league by 3 minutes additional times. City get their title with 2 minutes remains. Kimi Raikkonen win his title at 2007 in the last race and only separated by 1 poin from second winner. Lewis Hamilton win the title at the last race and at the last lap.
A motivater ever said that when a boeing have to have speed 250 km/h to take off, it will take of but when it’s only have speed 249 km/h it’s totally failed to take of. 1 km/h which sparated between accident and success.
I learn that nothin called a half succes and a half failed. There is only success and failed. So, co me on be 100% to whatever that we’ve planned to be success. Each people have their each interest. Support each other will make our life easier. Please don’t judge people’s dream or people’s effort if it isn’ appropriate with our opinion. Every people is good, every people is great.
Congratulation to all champions of this season. Thanks for a great season.    

Selasa, 08 Mei 2012

BALAS BUDI UNTUK IBU


Ketika usiamu 1 tahun, ia menyuapi dan memandikanmu. Kau membalasnya dengan menagis sepanjang malam.
Ketika usiamu 2 tahun, ia mengajarimu melangkahkan kaki. Kau membalasnya dengan lari menjauh kala ia memanggilmu.
Ketika usiamu 3 tahun, ia menyiapkan sarapanmu dengan segala cinta kasih. Kau membalasnya dengan membanting piring di lantai.
Ketika usiamu 4 tahun, ia memberimu seperangkat krayon, kau membalasnya dengan mencorat-coret dinding rumah.
Ketika usiamu 5 tahun, ia memberikan pakaian untuk pergi berlibur. Kau membalasnya dengan bermain-main di onggokan lumpur.
Ketika usiamu 6 tahun, ia mengantarmu ke sekolah. Kau membalasnya dengan berteriak, “AKU NGGAK MAU SEKOLAH!”.
Ketika usiamu 7 tahun, ia menghadiahimu bola sepak. Kau membalasnya dengan melemparkannya ke jendela tetangga sebelah.
Ketika usiamu 8 tahun, ia memberimu eskrim. Kau membalasnya dengan menciprat-cipratkannya ke sekujur badanmu.
Ketika usiamu 9 tahun, ia memanggilkan guru les piano. Kau membalasnya dengan bermalas-malasan untuk berlatih.
Ketika usiamu 10 tahun, ia mengantarmu sepanjang hari, dari main bola sampai senam, dari satu pesta ulang tahun ke pesta ulang tahun yang lain. Kau membalasnya dengan melompat dari mobil secepat kilat dan tanpa menengok lagi.
Ketika usiamu 11 tahun, ia membawamu dan teman-temanmu nonton film. Kau membalasnya dengan memintanya duduk di barisan lain.
Ketika usiamu 12 tahun, ia menegurmu untuk tidak menonton acara televisi tertentu. Kau membalasnya dengan menunggunya sampai bepergian.
Ketika usiamu 13 tahun, ia memintamu memotong rambut baru. Kau membalasnya dengan mengatakan bahwa ia tak punya selera.
Ketika usiamu 14 tahun, ia membayarkan ongkos untuk satu bulan berlibur. Kau membalasnya dengan tak sekalipun mengirimkan kabar.
Ketika usiamu 15 tahun, ia pulang bekerja dan mengharapkan pelukanmu. Kau membalasnya dengan mengunci kamar tidurmu.
Ketika usiamu 16 tahun, ia mengajarimu mengendarai mobil. Kau kmembalasnya dengan mencuri-curi tiap kesempatan.
Ketika usiamu 17 tahun, ia mengharapkan telepon penting. Kau membalasnya dengan menggunakan telepon sepanjang malam.
Ketika usiamu 18 tahun, ia menangis di hari kelulusan sekolahmu. Kau membalasnya dengan berpesta sampai pagi.
Ketika usiamu 19 tahun, ia membayar uang SPP perguuruan tinggimu, mengantarmu membawakan tas ke kampus. Kau membalasnya dengan mengucapkan selamat tinggal di pintu gernang asrama agar tidak merasa malu pada teman-teman.
Ketika usiamu 20 tahun, ia bertanya apakah kamu telah menaksir seseorang. Kau membalasnya dengan mengatakan “Itu bukan urusanmu.”
Ketika usiamu 21 tahun, ia mengusulkan satu pekerjaan untuk karir masa depanmu. Kau membalasnya dengan mengatakan “Aku tak ingin spertimu.”
Ketika usiamu 22 tahun, ia memelukmu di hari wisudamu, kau membalasnya dengan meminta ditraktir liburan ke eropa.
Ketika usiamu 23 tahun, ia menjumpai tunanganmu dan menanyakan rencana masa depanmu. Kau membalasnya dengan mengatakan “Uuuh.. Ibu!”
Ketika usiamu 24 tahun, ia menghadiahimu furnitur untuk apartemen pertamamu. Kau membalasnya dengan menyebut furnitur itu kepada teman-temanmu sebgai barang rongsokan.
Ketika usiamu 25, ia membatu membiayai pesta perkawinanmu, dan ia menangis haru, dan menegaskan betapa ia mencintaimu. Kau membalasnya dengan pindah kota menjauhinya.
Ketika usiamu 30 tahun, ia meneleponmu dan memberi nasihat tentang bayimu. Kau membalasnya dengan mengguruinya, “Semuanya kini sudah berbeda.”
Ketika usiamu 40 tahun, ia menelepon dan mengingatkan hari ulang tahun familimu.  Kau membalasnya dengan berkata “Aah.. betapa sibuknya aku sekarang.”
Ketika usiamu 50 tahun, ia sakit-sakitan dan membutuhkanmu untuk menjaganya. Kau membalasnya dengan membacakan kisah betapa merepotkannya orangtua bagi anak-anaknya.
Sampai, suatu hari ia pergi dengan tenang untuk selamanya. Dan segala hal yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya, bagia halilintar, datang menyambar jantungmu.   

- Mengasah Hati -
      Zaim Saidi

Jumat, 04 Mei 2012

OH MY GOD, TIME SO SLOW

        I teached AutoCAD at the worst day ever, Monday, 4 hours, two class. So, totally I teached 8 hours on Monday. My first experience in the class was boring. I pray during the lesson, please ringing the bell. I didn’t know what to do. They were clever, they like didn’t need this lesson. I even don’t need to explain. I brought every book that can help me answer my student’s question. And finally, the bell rang. My first day was added by giving extra lesson after the school ends. It’s better than at the class. Everybody got a little bit relax.
       I thought why the students want to get extra lesson at the end of the school? Are they tired after school?  Actually, it because a reason “work hard”. Some students aren’t rich, they didn’t have computer to finish their assignment, sometimes they had to overnight at school to finish their assignment. A senior high school students knew what the work hard is. Whatever the reason, they don’t wanna go home or they want to o their assignment, they had done something. I’m sure students who knows work hard will be succed in their future.
        I was remember when I don’t have computer to finish my assignment, I rent it, I didn’t have good facilities to comfort me but I’ve done everything to finish my assignment. My assignment was not perfect or given A+ but my achievment is finish my assignment better than people who have good facilities. I learn what the work hard is. One phase of my life.  

Jumat, 27 April 2012

MY FIRST EXPERIENCE

               My name is Chysta, students usually call me Miss Chysta. My first experience when I came in to the class is awesome. My heart beats so fast. I wonder, is students like me or not. I expected possitive, they would like me. Yes, that’s the feeling when I first came to school, School of Vocational Education. This school has male student as a majority. So, I’m sure every woman in this school feels pretty. Ok, back to my class, I was greeting, and they response my greeting well. I begun to explain the lesson, some of them sleepy, some response my question, and sometimes laugh when I try to make jokes. I admonished some students because they sleepy and ask them to wash their face. At the end of the class, I ask them to give their first impression about me. They first impression was great because they guess that I would rate excellent if they give good impression about me .
              And then I asked the teacher who watched me during the lesson, how is my first teaching impression. He told me that I teach too fast so student can’t make notes or ask. I spoke too fast, yes that’s the way to hide my nervous. Ok, I do something wrong that day, I regarded that the student same like me, having same ability like me, bored quickly like me. I forget that they all different as a class or as an individual. They different with me. As time goes by, I will learn how to teach better, how to be loved, so do the students, they will have better reason and motivation to learn. Some students want to go to Germany, just like me . My first impression about them 360 degree change. They are sweet, they easy to be managed, they are polite, and they shake and kiss my hand, that’s the teacher’s code. I’m perfectly love being a teacher, the world that I avoid for long time.

Sabtu, 24 Maret 2012

MENDUGA DAN MALU

Asumsi-asumsi terhadap suatu hal dapat mempengaruhi kehidupan kita sebagai manusia. Bagaimana hal itu terjadi? Saya akan ilustrasikan melalui sebuah cerita dibawah ini, yang saya baca dari sebuah blog. Asumsi sendiri berarti dugaan yang tidak didasarkan fakta-fakta. Betapa asumsi dapat mempengaruhi cara berpikir, tindakan dan hasil dari tindakan kita.
Alkisah ada seorang pemuda yang mencari calon istri ke sebuah negeri. Kemudian ia bertemu dengan seorang petani yang ternyata mempunyai tiga orang anak yang cantik dan baik hati. Petani yang baik hati itu mempersilakan sang pemuda untuk menikahi salah satu anaknya. Sang pemuda sangat senang mengetahui hal tersebut, namun ia bingung menentukan gadis mana yang pantas menjadi istrinya. Akhirnya, untuk menentukannya ia akan pergi berjalan-jalan berdua dengan setiap anak petani tersebut agar dapat mengenalnya lebih dekat.
Pada hari pertama ia berjalan-jalan dengan anak gadis yang pertama.
Ketika mereka pulang petani bertanya kepada sang pemuda. “Bagaimana? Apakah anak gadisku cocok untuk menjadi istrimu? 
“Anak gadis anda sangat cantik dan baik hati, tetapi matanya agak juling.”
Pada keesokan harinya sang pemuda pergi berjalan-jalan dengan anak kedua.
Ketika mereka pulang petani bertanya kepada sang pemuda. “Bagaimana? Apakah anak gadisku cocok untuk menjadi istrimu? 
“Anak gadis anda sangat cantik dan baik hati, tetapi jempol kirinya besar sebelah.”
Pada hari selanjutnya sang pemuda pergi berjalan-jalan dengan anak ketiga.
Ketika mereka pulang petani bertanya kepada sang pemuda. “Bagaimana? Apakah anak gadisku cocok untuk menjadi istrimu? 
“Anak gadis anda sangat cantik dan baik hati, dia sangat cocok untuk untuk menjadi istri saya.”
Akhirnya pernikahan antara sang pemuda dan anak ketiga petani dilangsungkan. Delapan bulan kemudian istri pemuda tersebut yaitu anak ketiga dari petani melahirkan. Namun sang pemuda sangat terkejut karena anak yang dilahirkan tidak mirip kedua orang tuanya, ia jelek.
“Kenapa anakku jelek, tidak mirip kedua orang tuanya, istri saya cantik, saya pun tampan? Tanya sang pemuda kepada petani.
 Petani kemudian menjawab. “sesungguhnya ada kekurangan pada anakku yang tidak kau ketahui”
“Apa itu? Anak anda terlihat sangat sempurna, ia cantik dan baik hati.”
“Ia sudah hamil lebih dulu sebelum menikah denganmu.”
Sekarang terungkaplah bahwa ada kekurangan dari anak ketiga petani yang tidak terlihat oleh sang pemuda.

Begitulah kira-kira gambaran diatas. Asumsi yang terbentuk melahirkan tindakan dan hasil dan pada akhirnya penyesalan. Akan banyak kisah-kisah lain tentang penyesalan yang datang dari asumsi pribadi. 

FOOTBALLIFE

A girl like me like football so much, and I like to wake up at midnight to cross time in Europe for a football match. It doesn’t mean I don’t love my country but football at my country has made me apathetic. Football is not only sport, sportive, man, or money. Sometimes, there is a lesson that can be got from a football match and in plain view the lesson happens in human life. That make football interesting for me, self-help area that I love makes me have to be sensitive about everything.
Have you ever imagine that opportunities in our life like making a goal. Sometimes it shot’s on target, sometimes it miss from target, sometimes it is blocked by the goalkeeper, sometimes striker can’t use the opportunity. An opportunity that seems so big can be failed. A goal seems possible to be a goal if it success to be inserted in a goal that have sized 10 x 3 meters, but it is failed unpredictably. But a goal can be made by inserted ball under the body of goalkeeper that have size only 1 x 1 meter and it moves. That is an analogy of opportunity in life, a big success can come from the least opportunity. A goalkeeper only a camouflage that means behind small opportunity there is big success that wait. A goalkeeper act as preclusion in our life to reach our dream. A goalkeeper can be other people or ourselves. Who is other people? People who can be preclusion in our life to reach dream is not only people who hate us but also people who love us. We too love people in our life, and unconsciousness we life in their dream, our parent’s dream our friend’s dream, our teacher’s dream, and we forget about our dream itself. While ourselves can be preclusion too, our laziness, our character, and many more. That is life, an opportunity like making a goal. There will always opportunities and sometimes it success and sometimes it doesn’t.

Sabtu, 11 Februari 2012

POIGNANT IS A SIGN TO GET HEAL



Refusal is poignant, but poignant is a sign to get heal. Refusal by an avent that I really want to do it. It’s not for my name, my achievment, it’s for my university where I lost my way. When I read this refusal email, like eat cotton candy, I read and it lost when I put into my mouth. It’s just a one second dissapointed feeling then I think I’ll fix it now. I want to heal as soon as possible.  

Refusal always happen in everybody’s life in many ways. I am refused to be a doctor by 10 tests. I’m not stress, just smile and defencelessness close this story. My assignment refused by the lecturer, ok I’m stress in this case, but I fix my assignment and it close this story. Our life is always fifty-fifty. 50 % is success, 50 % is failed. But if we even not try, we failed 100 %.